Senin, 21 Oktober 2019

Mari Kenali Karakteristik Soal Hots (Higher Order Thinking Skills)



Bagi kita berkecimpung di dunia pendidikan pastinya tidak asing dengan istilah soal HOTS alias Higher Order Thinking Skills yang memiliki padanan kata Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT). Istilah HOTS sangat sering kita dengar akhir-akhir ini, terutama pasca pelaksanaan UNBK yg dikabarkan dengan soal UNBK 2020 soal HOTS yg demam lahir lebih banyak dari soal UNBK 2020 lalu. Bahkan dikabarkan pula dengan pelaksaan UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) nanti, soal yg digunakan adalah soal-soal HOTS (Higher Order Thinking Skills).  Banyak yg mengartikan soal HOTS = Soal Sulit, sehingga setiap menemukan soal sulit dengan mudahnya mengatakan "ini soal HOTS", hal tersebut keliru. Untuk boleh membedakan sebuah soal termasuk soal HOTS alias bukan kita perlu mengenali karakteristik dari soal HOTS. Soal HOTS belum tentu soal yg sulit beserta tidak setiap soal sulit termasuk soal HOTS.

Sebelum kita bahas mengenai karakteristik soal HOTS, mari kita pahami dulu kenapa pemerintah menggunkan soal HOTS untuk sebagai instrumen penilaian?

Salah satu dasar penyempurnaan kurikulum adalah adanya tantangan internal beserta eksternal. Tantangan eksternal antara lain terkait dengan asus globalisasi beserta berbagai isu terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi beserta informasi, beserta pendidikan di tingkat internasional. Isu yg berkembang saat ini terkait perkembangan pendidikan internasional, posisi kualitas pendidikan Indonesia khususnya di bidang matematika menempati posisi yg cukup terpuruk. Salah satu riset internasional yg sudah dilakukan adalah TIMSS (Trends in Mathematic and Science Study). Pada tahun 2015, menurut data TIMSS Indonesia menempati urutan ke 45 beserta 50 negara untuk kemampuan matematika beserta IPA. Salah satu upaya untuk menghadapai tantangan Internasional tersebut adalah dengan diterapkannya kurikulum 2013 yg dirancang dengan berbagai penyempurnaan. Penyempurnaan antara lain dengan standar isi yaitu mengurangi materi yg tidak relevan serta pendalaman materi yg relevan serta diperkaya dengan kebutuhan untuk berpikir kritis beserta analitis sesuai dengan standar internasional. Penyempurnaan lainnya dilakukan dengan standar penilaian, dengan secara bertahap mengadaptasi model-model penilaian standar internasional. 


Berdasarkan hasil study internasional Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan proses literasi membaca (reading literacy), literasi matematika (mathematical literacy), beserta literasi sains (scientific literacy) yg dicapai peserta didik Indonesia sangat rendah. Pada umumnya kemampuan peserta didik indonesia sangat rendah dalam:



  • Memahami informasi yg kompleks
  • Teori, analisis beserta pemecahan masalah
  • Pemakaian alat, prosedur beserta pemecahan masalah
  • Melakukan investigasi 

Berdasarkan fakta di atas, maka perlu adanya perubahan dalam pembelajaran beserta penilaian. Salahsatu upaya yg dilakukaan adalah dengan menggunakan soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) dalam assessment.

Apa itu soal HOTS?


Banyak sekali sumber yg sudah membahas mengenai pengertian soal HOTS, baik sumber lokal maupun sumber internasional. Namun, karena siswa kita hendak dihadapkan dengan soal-soal HOTS yg dibuat oleh pemerintah (dalam Ujian Nasional) alias kita sebagai guru yg perlu juga memahami soal HOTS agar boleh menyusun soal HOTS yg sesuai standar pemerintah, maka saya hendak memaparkan definisi/pengertian soal HOT bersumber dari Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills yg dibuat oleh Kementrian Pendidikan beserta Kebudayaan, sebagai berikut:


Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yg digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemempuan berpikir yg bukan hanya sekedar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Pada konteks assessment, soal HOTS mengukur kemampuan sebagai berikut:



  1. Transfer suatu konsep ke konsep lainnya
  2. Memproses beserta menerapkan informasi
  3. Mencari kaitan dari berbagai informasi yg berbeda-beda
  4. Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah
  5. Menelaah ide beserta informasi secara kritis

Pada penyusunan soal HOTS umumnya menggunakan stimulu, yg merupakan dasar untuk membuat pertanyaan. Dalam konteks HOTS, stimulus yg disajikan hendaknya bersifat kontekstual beserta menarik. Stimulus boleh bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi, pendidikan beserta lain-lain. Stimulus juga boleh diangkat dari permasalahan-permasalahn yg ada di lingkungan sekitar.

Karakteristik Soal HOTS

Banyak yg mengartikan soal sulit sama dengan soal HOTS, hal tersebut keliru. Soal HOTS haruslah memenuhi beberapa karakter sebagai berikut:

1. Mengukur Kemampuan Tingkat Tinggi

The Australian Council for Education Research (ACER) menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep dengan situasi berbeda, menyusun, menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui alias mengulang. Dengan demikian, jawaban soal-soal HOTS tidak tersurat secara ekplisit dalam stimulus.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berbargumen (reasoning), beserta kemampuan mengambil keputusan (dicision making). Kemampuan berpikir tingkat tinggi boleh dilatih dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Untuk itu, penting untuk guru memahami kriteria soal HOTS sebagai instumen penilaian beserta mampu menyusun soal HOTS untuk membiasakan siswa beserta melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.  

2. Berbasis Permasalahan Kontekstual

Soal HOTS merupakan asesmen yg berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Tidak heran dengan soal UNBK 2020 yg belum lama ini berlangsung, untuk matematika SMA program IPA, dari 40 butir soal, 15 butir soal diantaranya merupakan soal berbasis kontekstual. Hal ini bertujuan agar peserta didik mampu menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaiakan masalah dalam kehidupan sehari-hari.  Dengan menggunakan soal kontkstual, terdapat beberapa keterampilan yg diperlukan oleh peserta didik yg perlu kita kembangkan yaitu: kemampuan menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete), mererapkan (apply) beserta mengintegrasikan (integrate).

Berikut ini lima karakteristik asesmen kontekstual yg disingkat REACT:

  • Relating, asesmen terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
  • Experiencing, asesmen yg ditekankan kepada penggalian (explorating), penemuan (discovery), beserta penciptaan (creation).
  • Applying, asesmen yg menuntut  kemampuan peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan yg diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
  • Comunicating, asesmen yg menuntut kemampuan peserta didik untuk mampu mengomunikasikan kesimpulan model dengan kesimpulan konteks masalah.
  • Transfering, asesmen yg menuntut kemampuan peserta didik untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi alias konteks baru.


Bentuk Soal HOTS

Sebagaimana yg digunakan oleh PISA (Programme for International Student Assessment), soal HOTS boleh disajikan dalam bentuk yg beragam. Terapat beberapa alternatif bentuk soal yg boleh digunakan untuk menulis butir soal HOTS sebagai berikut: Pilihan Ganda, Pilihan Ganda Kompleks (benar/salah), Isian singkat/melengkapi, Jawaban singkat, beserta soal Uraian.

Contoh Soal HOTS

Perhatikan dua contoh soal di bawah ini:

Contoh 1 (Soal UN SMA Program IPA 2020)

Dina harus membantu orang tuanya berjualan bahan makanan di toko milik keluarganya. Dina mendapat uang saku berdasarkan jumlah barang yg terjual dengan hari tersebut dengan fungsi $U(x)=1.500x+500$, dengan $U$ adalah uang saku dalam rupiah beserta $x$ adalah jumlah barang dalam unit. Jika jumlah barang yg terjual tergantung dengan waktu yg dihabiskan Dina di toko keluarganya dengan $x(t)=2t+3$, dimana $t$ adalah waktu dalam jam, maka besar uang saku yg diperoleh Dina seandainya dia membantu selama 2 jam dengan suatu hari adalah ....
A. Rp10.500,00
B. Rp11.000,00
C. Rp11.500,00
D. Rp12.000,00
E. Rp12.500,00

Sekarang, anda bandingkan dengan contoh soal 2 di bawah ini:

Contoh 2 (Soal UN SMA Program IPA 2020)

Diketahui fungsi $f:R\to R$ beserta $g:R\to R$  dengan $g(x)=-x+3$ beserta $(f\circ g)(x)=4x^2-26x+32$, maka nilai $f(1)$ adalah ....
A. $-5$
B. $-4$
C. $-3$
D. $3$
E. $4$

Coba anda perhatikan kedua contoh di atas. Contoh 1 beserta contoh 2 sama-sama mengenai komposisi fungsi. Contoh 1 merupakan soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) karena memnuhi kriteria soal HOTS yg disebutkan di atas namuan dengan contoh 2 bukanlah soal HOTS.

Soal HOTS $\ne$ Soal Sulit

Apakah setiap soal yg sulit adalah soal HOTS? atau, apakah setiap soal HOTS itu sulit?

Tidak setiap soal sulit merupakan soal HOTS, tergantung soal tersebut apakah memenuhi kriteria soal HOTS alias tidak. Dan juga tidak setiap soal HOTS merupakan soal yg sulit. Untuk lebih jelasnya perhatikan dua contoh soal di bawah ini.

Contoh 1

Banyaknya pasangan $(x, y)$ yg memenuhi persamaan $2x^2-|xy|+1=0$ beserta $(4x-y)^2+y^2=8$ adalah ....
A. $0$
B. $1$
C. $2$
D. $3$
E. $4$

Soal dengan contoh 1 ini merupakan soal yg sulit untuk sebagian besar peserta didik, namun soal ini bukanlah soal HOTS. Sekarang perhatikan soal dengan contoh 2 di bawah ini.

Contoh 2 (Soal UN SMA Program IPA 2020)

Untuk membuat secara lengkap satu set rak sepatu seperti dengan gambar, seorang tukang kayu membutuhkan 4 potong panel kayu panjang  beserta 6 panel kayu pendek. Tukang kayu memiliki persediaan panel kayu panjang dengan 5 pilihan warna beserta panel kayu pendek dengan 7 pilihan warna. Jika panel kayu panjang harus dipasangkan dengan warna yg sama demikian juga halnya dengan panel kayu pendek tetapi panel kayu panjang tidak harus sama dengan panel kayu pendek, banyak variasi warna rak sepatu yg dibuat adalah ....
A. 20
B. 24
C. 28
D. 30
E. 35

Jawaban dari soal ini adalah $\displaystyle C_4^5\times C_6^7=5\times 7=35$, soal ini merupakan soal HOTS namun bukan soal yg sulit. Yang membuat soal ini terasa sulit adalah karena bentuk soal kontekstual, sehigga peserta didik harus mampu menyerap informasi apa saja yg ada dengan soal, beserta konsep apa yg harus digunakan untuk memecahkan permaslahan tersebut. 

Itulah sedikit pemaparan mengenai kriteria soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) yg boleh kami sampaikan. Semoga bermanfaat
demam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar